Rabu, 21 Desember 2011

SUJATA

    Dan Khotbah tentang 7 Tipe Istri
          Sujata berasal dari keluarga kaya, dan menikah dengan para putra Anathapindika. Dia bersikap sombong, tidak mau menghormati orang lain dan tidak mau mendengar instruksi-instruksi dari suaminya dan orang tuanya. Konsekuensinya, pertentangan terjadi di keluarga itu tiap hari.     Suatu ketika Sang Buddha mengunjungi rumah Anathapindika. Beliau mendengar keributan yang tidak biasanya terjadi di dalam rumah itu, dan menanyakan apa yang terjadi. Anathapindika menjawab, “Yang Mulia, itu adalah Sujata, menantu saya. Dia tidak mau mendengar kepada mertua perempuannya, mertua laki-lakinya, dan suaminya. Dia bahkan tidak menghormati dan menemui Sang Bhagava”.     Sang Buddha lalu memanggil Sujata untuk datang ke hadapan Beliau, dan berkata dengan lembut, “Sujata, terdapat 7 tipe istri yang mungkin dimiliki oleh seorang laki-laki. Tipe yang manakah engkau?”  “Apakah ketujuh tipe istri itu, Yang Mulia?” tanya Sujata.  “Sujata, terdapat istri yang buruk dan tiak diinginkan. Yaitu seorang istri yang menyusahkan. Dia jahat, bertemperamen buruk, tak punya rasa kasihan, dan tidak setia kepada suaminya”.  “Terdapat istri yang seperti seorang pencuri. Dia menghabiskan uang yang dicari oleh suaminya”.  “Terdapat istri yang seperti bos. Dia malas, dan hanya memikirkan dirinya sendiri. Dia kejam dan tak punya rasa belas kasihan, selalu memarahi suaminya dan bergosip”.  “Sujata, terdapat pula istri yang baik dan terpuji. Yaitu istri yang seperti seorang ibu. Dia baik dan punya rasa belas kasihan, serta memperlakukan suaminya, seperti putranya, dan berhati-hati dalam menggunakan uang suaminya”.  “Terdapat istri yang seperti seorang adik. Dia hormat kepada suaminya  sama seperti seorang adik perempuan terhadap kakak laki-lakinya. Dia  rendah hati dan patuh kepada keinginan-keinginan suaminya”.  “Terdapat istri yang seperti seorang sahabat. Dia bergembira saat melihat suaminya, sama seperti seorang sahabat yang telah lama tidak berjumpa. Dia memiliki kelahiran yang mulia, bermoral, dan setia”.  “Terdapat istri yang seperti seorang pelayan. Dia berlaku sebagai seorang istri yang penuh pengertian tatkala kekurangan atau kesalahan-kesalahannya ditunjukkan. Dia tetap tenang dan tidak menunjukkan kemarahan sedikit pun meski suaminya mengucapkan kata-kata yang kasar. Dia patuh kepada keinginan-keinginan suaminya”.  Sang Buddha lalu bertanya, “Sujata, tipe istri yang manakah engkau, atau engkau ingin menjadi tipe yang mana?”     Mendengar kata-kata Sang Buddha ini, Sujata menjadi malu atas sikapnya yang lalu, dan berkata, “Mulai sekarang dan seterusnya, Sang Bhagava boleh memikirkan saya seperti contoh istri yang terakhir, karena saya akan menjadi istri yang baik dan penuh pengertian”. Dia mengubah sikap lakunya dan menjadi pembantu suaminya, dan bersama-sama berjuang mencapai pencerahan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar