Jumat, 20 Januari 2012

Lakkhana Jataka

Pada suatu ketika di sebuah kota bernama Rajagaha di kerajaan Magadha, Bodhisatta terlahir sebagai seekor rusa jantan. Dia berdiam di dalam hutan sebagai pemimpin sekawanan rusa yang berjumlah seribu ekor. Dia memiliki dua putra, masing-masing bernama si Untung dan si Hitam. Ketika dia bertambah tua, dia pun memberikan posisi kepemimpinannya kepada dua anaknya, masing-masing dengan lima ratus rusa pengikut. Maka, sekarang posisi pemimpin berada di kedua rusa muda tersebut.
Kemudian musim panen dimulai. Ketika hasil panen sudah siap diambil, akan menjadi sangat berbahaya bagi rusa-rusa di hutan sekitar ladang. Keinginan untuk membunuh hewan yang merusak dan memakan hasil panen mereka, para petani dan pemburu menggali lubang, menempatkan jebakan, dan memasang berbagai perangkap lainnya sehingga banyak rusa yang terbunuh pada musim ini.
Oleh karena itu, ketika Bodhisatta menyadari bahwa musim panen telah tiba, dia berkata kepada kedua putranya, “Anak-anakku, sekarang musim panen telah tiba dan banyak rusa yang menemui ajalnya pada musim ini. Kami yang sudah tua akan bersembunyi di salah satu tempat; tetapi kalian berdua sebaiknya pergi menjauh menuju pegunungan bersama-sama dengan para pengikut kalian dan kembali lagi kemari setelah hasil panen diambil.”
“Baiklah,” jawab kedua anaknya, dan mereka pun pergi bersama dengan rombongannya masing-masing.
Dikisahkan bahwa manusia yang tinggal di sepanjang rute perjalanan sudah cukup mengetahui bahwa para rusa akan melalui rute yang sama untuk menuju pegunungan. Mereka pun memasang berbagai perangkap, memanah, dan membunuh banyak rusa. Si hitam yang bodoh, tidak pernah mengindahkan saat yang tepat untuk bepergian. Dia memimpin rusa-rusa pengikutnya saat dini dan malam hari, mendekati perbatasan-perbatasan desa. Para petani, entah itu secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan, berhasil membunuh sejumlah kawanan si hitam. Akhirnya setelah melalui berbagai macam jebakan dan perburuan, dia berhasil mencapai hutan pegunungan bersama dengan sedikit kawanan.
Di lain pihak, si untung bersikap cermat dan bijaksana. Dia tidak pernah mendekati batas-batas desa. Dia pun tidak bepergian saat siang, dini atau malam hari. Hanya pada saat tengah malam buta dia mulai melakukan perjalanan dan hasilnya adalah dia berhasil membawa semua rusa pengikutnya mencapai hutan pegunungan.
Empat bulan kemudian, musim panen telah berlalu. Mereka pun siap kembali. Dalam perjalanan kembali si hitam masih mengulangi kesalahan yang sama hingga akhirnya hanya dia sendiri yang berhasil pulang. Sedangkan si untung tidak kehilangan satu pun anggota rombongannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar