"Kebahagiaan yang murni adalah kebahagiaan tanpa syarat"
"Saya bahagia ketika saya memutuskan untuk bahagia"
"Kebahagiaan saya ada di tangan saya sendiri, bukan orang lain"
Sebagian orang mengerti kalimat-kalimat di atas. Dan sisanya semakin pusing dan frustrasi tentang kebahagiaan.
Kalimat-kalimat di atas hanya bisa dipahami dan dirasakan oleh mereka
yang telah merasakan kebahagiaan secara berlimpah. Hingga dia mencapai
satu titik dia tidak membutuhkan apapun lagi untuk menjadi bahagia
selain bahagia itu sendiri.
Ini hampir sama dengan orang yang
belajar menyetir. Awal dia butuh banyak hal untuk bisa menyetir, tutor
yang profesional, mobil yang nyaman, perhatian yang baik pada banyak hal
di dalam dan di luar mobil agar, dan sebagainya. Setelah
latihan-latihan yang intens akhirnya dia menjadi mahir menyetir.
Sekarang hanya untuk menyetir dia tidak akan serepot saat belajar
menyetir. Menyetir menjadi sebuah kemampuan yang otomatis.
Menjadi bahagia juga sama. Pada awalnya banyak alat bantu yang kita
kerahkan, banyak upaya yang kita lakukan hanya untuk menjadi bahagia.
Alat bantu dan upaya ini dinamakan syarat-syarat yang kita tentukan
untuk menjadi bahagia. Jika ingin hidup sulit, tentukanlah syarat yang
sulit untuk bahagia. Jika ingin hidup mudah, tentukanlah syarat yang
mudah untuk bahagia.
Syarat bahagia yang sulit adalah ketika
kita mengharapkannya dari luar diri kita. 'Saya bahagia jika pasangan
saya berbicara dengan lembut.' Saat ternyata dia tidak berbicara dengan
lembut, kandaslah kesempatan kita untuk bahagia. Kenapa tidak diganti
dengan 'Saya bahagia karena saya bisa mengendalikan diri saya untuk
berbicara dengan lembut kepada pasangan saya.'
Apakah saya
bahagia? Ya! Saya bahagia. Barangkali ada banyak hal yang bisa membuat
hidup saya tidak bahagia. Entahlah... Saya tidak begitu
memperhatikannya, karena saya terlalu sibuk untuk menghitung berapa
banyak hal yang telah membuat saya bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar