Selasa, 29 Januari 2013

Syarat untuk bahagia

"Kebahagiaan yang murni adalah kebahagiaan tanpa syarat"
"Saya bahagia ketika saya memutuskan untuk bahagia"
"Kebahagiaan saya ada di tangan saya sendiri, bukan orang lain"

Sebagian orang mengerti kalimat-kalimat di atas. Dan sisanya semakin pusing dan frustrasi tentang kebahagiaan.

Kalimat-kalimat di atas hanya bisa dipahami dan dirasakan oleh mereka yang telah merasakan kebahagiaan secara berlimpah. Hingga dia mencapai satu titik dia tidak membutuhkan apapun lagi untuk menjadi bahagia selain bahagia itu sendiri.

Ini hampir sama dengan orang yang belajar menyetir. Awal dia butuh banyak hal untuk bisa menyetir, tutor yang profesional, mobil yang nyaman, perhatian yang baik pada banyak hal di dalam dan di luar mobil agar, dan sebagainya. Setelah latihan-latihan yang intens akhirnya dia menjadi mahir menyetir. Sekarang hanya untuk menyetir dia tidak akan serepot saat belajar menyetir. Menyetir menjadi sebuah kemampuan yang otomatis.

Menjadi bahagia juga sama. Pada awalnya banyak alat bantu yang kita kerahkan, banyak upaya yang kita lakukan hanya untuk menjadi bahagia. Alat bantu dan upaya ini dinamakan syarat-syarat yang kita tentukan untuk menjadi bahagia. Jika ingin hidup sulit, tentukanlah syarat yang sulit untuk bahagia. Jika ingin hidup mudah, tentukanlah syarat yang mudah untuk bahagia.

Syarat bahagia yang sulit adalah ketika kita mengharapkannya dari luar diri kita. 'Saya bahagia jika pasangan saya berbicara dengan lembut.' Saat ternyata dia tidak berbicara dengan lembut, kandaslah kesempatan kita untuk bahagia. Kenapa tidak diganti dengan 'Saya bahagia karena saya bisa mengendalikan diri saya untuk berbicara dengan lembut kepada pasangan saya.'

Apakah saya bahagia? Ya! Saya bahagia. Barangkali ada banyak hal yang bisa membuat hidup saya tidak bahagia. Entahlah... Saya tidak begitu memperhatikannya, karena saya terlalu sibuk untuk menghitung berapa banyak hal yang telah membuat saya bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar